BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000)
Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan
terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan
mempengauhi kemampuan seseorang.
- Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak
berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan
akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
- Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban
relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
- Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang
dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko
infeksi dan keracunan makanan.
Kenyamanan
- Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh
ayng timbul bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
a.
Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya
singkat kurang dari 6 bulan.
b.
Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau
intermiten selama 6 bulan atau lebih
c.
Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan,
sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh
abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
2.2
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN KENYAMANAN
- Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
- Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
- Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan
penciuman dan penglihatan
- Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
- Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
- Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
- Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
- Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan
anafilaktik syok
- Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
- Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan
lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
- Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
- Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
2.3
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB NYERI
- Stimulasi Mekanik
Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan akan
penekana jarinagan
- Stimulus Kimiawi
Disebabkan oleh bahan kimia
- Stimulus Thermal
Adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang dipersepsikan
sebagai nyeri 44°C-46°C
- Stimulus Neurologik
Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
- Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat
psikologis
- Stimulus Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik
2.4
FISIOLOGI NYERI
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman
subyektif nyeri terhadap empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang
mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi
nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi melewati
saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron
pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan
aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat
mempengaruhi transmisi nyeri yang setinggi medula spinalis. Medulasi juga
melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas
direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman
subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi
nyeri oleh saraf.
MUAL
Mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat
tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah.
Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yangberkaitan dengan mual
seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung dan peristaltik.
Peningkatan tonus duodenum dan jejenum menyebabkan terjadinya refluks isi
dodenum kedalam lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan
bahwa inimenyebabkan mual. Tanda dan gejala mual sering kali adalah pucat,
meningkatnya salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, da
takikardia.
2.5
KLASIFIKASI NYERI
- nyeri berdasarkan kualitasnya
·
nyeri yang menyayat
·
nyeri yang menusuk
- nyeri berdasarkan tempatnya
·
nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
·
nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
·
nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan
ulseral
·
nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan
saraf perifer
·
nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan
jaringan ditempat lain
·
nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan
sesuatu bagian tubuh karena pengalaman masa lalu
·
nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya
stimulus
- nyeri berdasarkan serangannya
·
nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba,
waktu kurang dari 6 bulan
·
nyeri kronis: nyeri yang timbul
terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
- nyeri menurut sifatnya
·
nyeri timbul sewaktu-waktu
·
nyeri yang menetap
·
nyeri yang kumat-kumatan
- nyeri menurut rasa
·
nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
·
nyeri difus: nyeri normal yang bisa
dirasakan
- nyeri menurut kegawatan
·
nyeri ringan
·
nyeri sedang
·
nyeri berat
2.6
PENGAKAJIAN
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang
memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan
1)
Komunitas
Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh terhadap perkembangan,
gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan kesadaran klien terhadap
keamanan.
2)
Lembaga pelayanan kesehatan
Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan
kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang
disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan
hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang
menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1)
Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang memberikan
rasa nyaman
2)
Ekspresi umum
·
Tampak meringis, merintih
·
Cemas, wajah pucat
·
Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
·
Keluar keringat dingin
·
Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan
kedua tangan tampak dalam posisi menggenggam
·
Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3)
Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan
saat pengkajian adalah
·
Lokasi nyeri
·
Waktu timbulnya nyeri
·
Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap
nyeri
·
Karakteristik nyeri
·
Faktor pencetus timbulnya nyeri
·
Cara-cara yang pernah dilakukan untuk
mengatasi nyeri
2.7
DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
- Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
- Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
- Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
- Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.
- Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri
- Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi intracranial dan ketidaksadaran
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
3.2 Kritik dan Saran
Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami.
Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
ü Ali
mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar
Manusia. EGC: Jakarta
ü Potter
& Perry. 2006. Fundamental
Keperawatan. EGC: Jakarta
ü Price,
Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I
dan II. EGC: Jakarta
ü Ganong.
2003. Fisiologi Kedokteran. EGC:
Jakarta
ü Brunner&Suddarth,
Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. EGC: Jakarta
ü Tarwoto
& Wartonah.2003. . Kebutuhan Dasar
Manusia & Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar